Cara Kerja Mimba
Berdasarkan
kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol,
salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman
mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap
daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat
perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat
pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat
sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida,
virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif
tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga.
sebagai senyawa aktif utama,
Keunggulan Mimba
Pengendalian
hama dengan
menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan
antara lain :
- Di alam senyawa
aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk
membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat
menjelang panen.
- Cara kerja
spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak)
- Tidak mudah
menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu.
Dengan
keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang
prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.
Kelemahan mimba
- Persitensi
insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis,
karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang
agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.
- Biaya produksi
lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari
insektisida sintetik.
Kendala
pengembangan mimba sebagai insektisida alami
- Aplikasi kurang
praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani
harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih
memilih pestisida kimia dari pada nabati.
- Kurangnya dorongan
penentu kebijakan
- Bahan, seperti
halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal
tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.
- Frekuensi pemakaian
lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi
- Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam).
Berdasarkan
hasil penelitian telah diperoleh bahwa ekstrak air biji mimba 50 g/l yang
diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang,
Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai setara Karbofuran (Curater 3 G-6
kg/ha), Fipronil (Regent 50 EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l)
(Gambar 1) dengan memberikan nilai tambah sebesar Rp 80 400,- per hektar,
dibanding dengan tanpa pengendalian. Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut
air (50 g/l) ditambah 0,5 ml perata/ha juga efektif menekan serangan tungau
merah pada ubikayu dengan mortalitas 70 %. Pada tanaman kacang hijau ekstrak
air biji mimba 50 g/l dapat menekan kehilangan hasil 13-45% terhadap hama penggerek polong Maruca testulalis, dan sebesar 21,5
% terhadap hama
Thrips bila dibanding tanpa pengendalian.
Hasil pengamatan di KP
Kendalpayak pada MT 2007 menunjukkan bahwa populasi ulat grayak,
Spodoptera lituraBemisia tabaci cukup tinggi. Rata-rata populasi ulat grayak
adalah 6 ekor ulat/6 ayunan (Gambar 2), sedang populasi kutu kebul mencapai
1300-1500 ekor /6 ayunan (Gambar 3) pada varietas Burangrang, Kaba, Ijen, yang
disemprot insektisida kimia, dibanding 1 ekor ulat/6 ayunan dan 100-700
ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk
biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan penyemprotan serbuk biji mimba 50 g/l
air, predator laba-laba masih dijumpai, sedangkan pada perlakuan insektisida
kimia, tidak ditemukan adanya predator laba-laba (Gambar 2). Penampilan
tanaman yang diaplikasi dengan serbuk biji mimba juga baik (Gambar 4). Hasil
uji laboratorium terhadap ulat grayak Spodoptera litura. diperoleh bahwa
ekstrak air daun mimba (EDM) dan ekstrak air biji mimba (EBM) efektif menekan
populasi larva S. lituraS. Litura (Gambar 5). dan kutu kebul, masing-masing
sampai 83 % dan 93 %. Mortalitas larva pada perlakuan biji lebih tinggi bila
dibanding dengan perlakuan daun. Penggunaan EDM dengan konsentrasi 10 % (100
g/l) secara statistik tidak berbeda nyata dengan penggunaan EBM sebanyak 50
g/l. Semakin tinggi konsentrasi biji maupun daun yang digunakan semakin efektif
/ manjur dalam mematikan larva
0 komentar:
Posting Komentar
Cuap-cuapnya mas....mbak....monggo....